OLEH : Sri Rahayu
Penulis Adalah Mahasiswa aktif di Fakultas Ilmu Politik FISIP Universitas Bangka Belitung
Wabah Covid-19, itulah yang saat terjadi dan menjadi pandemi global. Virus yang berukuran kecil ini telah menggegerkan hampir di seluruh negara termasuk Indonesia. Bagaimana tidak, virus ini menyebar dengan sangat cepat dan telah banyak memakan korban baik yang masih dalam ruang isolasi maupun yang telah meninggal dunia. Indonesia, negara yang hampir setiap kegiatan dilakukan secara bersama-sama dan menjunjung tinggi silaturahmi, kini harus saling menjaga jarak satu sama lain.
Yang dirumah tidak bisa keluar dan yang diluar tidak bisa saling berdekatan itu lah yang terjadi di Indonesia saat ini. Masyarakat harus mengikuti anjuran pemerintah agar bisa memutus rantai penyebaran corona, menjaga jarak dan tetap dirumah saja adalah cara terbaik dan diyakini efektif memutus rantai penyebaran virus ini.
Namun, pandemi yang terjadi di Indonesia ini tidak menjadi alasan masyarakat untuk saling peduli dan saling berbagi. Banyak orang yang dengan suka rela menyalurkan bantuan untuk saudaranya yang membutuhkan. Selain itu, banyak perusahaan-perusahaan besar yang menyumbangkan bantuan seperti masker maupun alat pelindung diri lainnya.
Dengan semakin banyaknya kasus pasien positif corona maka menyebabkan pemerintah harus memberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) dan pelarangan mudik.
Pemerintah menganjurkan masyarakat menggunakan masker dan rajin mencuci tangan serta menggunakan hand sanitizer ketika berada diluar. Hal ini, menyebabkan kelangkaan masker dan mahalnya harga masker maupun hand sanitizer dikarenakan banyaknya masyarakat yang membutuhkannya. Disini timbullah inisiatif para masyarakat untuk salin membantu dan saling memberi, beberapa diantaranya dengan membuat masker dan di bagikan secara gratis pada orang-orang termasuk pembuatan APD untuk tenaga medis.
Akibat virus ini membuat banyak orang mengalami krisis ekonomi, baik mereka yang bekerja di sebuah perusahaan maupun mereka yang hanya bekerja sebagai petani. Hal ini terjadi karena pemberlakuan WFH atau bekerja dari rumah. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang bekerja sebagai seorang petani, mereka yang bekerja sebagai penjual di pasar maupun toko apakah mempengaruhi perekonomian mereka? Tentu saja iya, mereka yang bekerja sebagai petani mengalami banyak penurunan dalam menjual hasil panen mereka.
Terutama karena penutupan pelabuhan maupun bandara yang membuat mereka sulit untuk mengekspor barang hasil panen mereka. Akibatnya, harga panen yang dulunya mahal kini menjadi murah seperti harga cabai yang dulunya mencapai Rp 80.000 per kilo kini hanya Rp 30.000-50.000 per kilo. Selain itu, penjual di pasar maupun toko joga mengalami hal serupa, dari yang dulunya bensin sehari bisa sampai 34 liter sekarang 17 liter dalam sehari pun belum tentu habis.
Banyak dari mereka yang mengeluhkan hal ini dan menyebabkan banyak sekali dari mereka yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hal ini yang kemudian menarik simpati masyarakat mampu untuk saling berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Banyak di daerah-daerah yang membentuk relawan untuk menggala dana bantuan untuk saudara-saudara yang mebutuhkan. Contoh konkritnya yaitu di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Banyak instansi-instansi yang melakukan penggalangan dana, seperti Relawan Muda Bangka Selatan yang merupakan gabungan dari beberapa organisasi dan tokoh masyarakat untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dengan melakukan penggalangan dana baik berupa uang maupun barang seperti hand sanitizer, masker maupun sembako. Banyaknya keluhan masyarakat dan semakin meluasnya penyebaran virus corona inilah yang menginspirasi mereka untuk saling membantu dan saling berbagi. Hasil donasi tersebut kemudian akan diberikan kepada mereka yang membutuhkan agar bisa menjaga diri dan tetap menjaga kesehatan.
Virus corona yang semakin menyebar tidak menjadi alasan masyarakat untuk acuh tak acuh kepada orang lain, tetapi menjadi semangat masyarakat untuk saling bantu membantu dan saling berbagi. Ya, pandemi ini sama sekali tak padamkan semangat saling berbagi malah semakin mengobarkan semangat saling berbagi. Karena apabila kehidupan sosial itu acuh tak acuh apalagi di kondisi yang saat ini terjadi maka tidak dipungkiri lagi akan semakin banyaknya korban berjatuhan.
Bukan hanya karena terinfeksi virus tetapi juga karena kelaparan. Bagaimana tidak apabila masyarakat keluar rumah maka bisa mati karena corona sedangkan apabila mereka hanya berdiam diri dirumah maka bisa mati karena kelaparan. Oleh karena itu, kita harus saling peduli, saling membantu, saling berbagi dan saling bergotong royong mengatasi pandemi ini karena kita akan banyak menyelamatkan saudara-saudara kita sebangsa setanah air.
Gerak cepat dengan melibatkan seluruh elemen bangsa sudah tidak bisa lagi untuk ditunda. Tak perlu lagi untuk saling bercerai berai saatnya kita untuk bersatu bergerak melakukan langkah-langkah menyadarkan masyarakat tentang betapa bahayanya virus ini. Saya kira tugas untuk menyelamatkan umat manusia adalah tugas seluruh elemen bangsa. Tidak hanya pemerintah maupun elit politik saja yang sigap dalam mengatasi penyebaran virus ini tetapi juga seluruh elemen masyarakat juga harus berpartisipasi dalam menanggulangi masalah ini. Kita harus terus mengikuti arahan pemerintah dan otoritas medis yang sudah berupaya semaksimal mungkin. Seluruh elemen bangsa harus menghilangkan rasa saling curiga dan ego masing-masing. Sudah saatnya kita bersatu bersama mengatasi bencana non alam ini. Di tengah pandemi inilah semangat saling berbagi takkan pernah terpadamkan.
124 total views, 1 views today
Leave a Reply